Hitung-hitungan Bisnis

   Pernah hang otu ke daerah baru kemudian tersesat karena tidak tahu jalan? Lebih parahnya lagi kita belum menentukan mau kemana? Wah, ribet banget, kebayangkan capeknya. Punya usaha juga sama. Kalau sejak awal kita tidak pernah menentukan usaha kita mau dibawa kemana plus belum memetakan jalur yang harus ditempuh, maka bisa-bisa tidak jelas sampainya di mana dan kapan waktunya. Akibatnya, pas kesabaran kita habis, hasilnya belum kelihatan (karena memang belum ditentukan hasil yang ingin dicapai). Kita jadi putus asa kemudian memproklamirkan diri tidak bakat punya usaha. (amit-amit jabang baby, mudah-mudahan kita tidak termasuk, ya...). Cara yang paling simpel untuk tahu gambaran gede-nya usaha yang mau kita bangun adalah cari contoh usaha sejenis yang sudah gede (bahasa kerennya: rule model). Paling mudah parameternya adalah yang paling terkenal di kota kita atau bahkan di Indonesia juga boleh. Pelototin deh, style usahanya. Lebih keren lagi langsung temuin yang punya usaha terus ngelamar jadi murid usahanya. Kalau itu bisa, maka dijamin bakal cepet laju usaha kita. Wuss... wuss...

   Untuk menyiapkan peta menuju ke tujuan usaha yang mau dituju, ada beberapa hal yang harus dirumuskan. Tentunya informasi didapat dari contoh usaha yang sudah kita bidik plus bimbingan sang mentor bisnis (kalau sudah dapat sih).

   Tahu tentang Produk yang Dijual

   Sebelum menjual barang, kita harus menguasai dulu seluk beluknya, mulai dari manfaatnya apa, dibuat dari bahan apa, saja, cara membuatnya bagaimana, cara pemakaian, hingga kelebihan plus keunikannya jika dibandingkan dengan produk yang sejenis. Kalau memunginkan kita perlu mencobanya terlebih dahulu agar lebih menghayati saat menjualnya.

   Tahu tentang Pembeli yang Dibidik

   Semua usaha bisa berjalan jika barang/jasa yang dijual ada yang beli. Kita harus menentukan dulu pembeli yang ditembak seperti apa berdasarkan gender (laki atau perempuan), jenis usia (anak-anak, anak muda, orang dewasa), tingkat pendidikan (SD s.d SMU, kuliahan), lokasi domisili (di pedesaan, di perkotaan, di pemukiman, di daerah kampus/sekolah), dan sebagainya bergantung kebutuhan. Yang perlu diingat adalah semakin spesifik kita menentukan target pembeli, kita semakin mudah menjual produk karena kita bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka. Hindari untuk menembak semua level pembeli karena akan berakibat tidak fokus dan tidak jelasnya posisi produk kita.

   Tahu tentang Komparator Usaha yang Sama

    Saat ini, tidak ada usaha yang benar-benar orisinal karena semua hasil modifikasi, bahkan mencontek plek 'sama persis' dari usaha yang sudah ada. Hal itu dihalalkan dalam dunia usaha. Tugas kita hanya survei terus nyatet berapa banyak komparator yang punya usaha yang sama dengan kita. Istilah yang dipakai adalah komparator (baca: pembanding) bukannya kompetitor (baca:pesaing) karena pada prinsipnya mereka itu rekan kita yang kebetulan punya usaha yang sama dengan kita. Jangan anggap mereka sebagai ancaman tapi sebagai cerminan usaha kita. Banyak ilmu yang bisa kita ambil dari komparator, seperti cara servis ke pelanggan, penjagaan kualitas produk, atau bahkan cara promosi mereka. Hal penting yang harus diyakini adalah Allah telah mengkaplingkan rezeki ke masing-masing hamba sesuai dengan usaha menjemput rezekinya. Tidak mungkin malaikat akan ketukar saat membagi rezeki. Itulah kenapa ada mall yang isinya ratusan stan dengan usaha yang sama, tapi semuanya bisa berkembang.

   Tahu tentang Media Promosi dan Jualan yang Dipakai

    Kalau barang kita bagus bahkan pelayanan kita yang paling ramah, maka informasi ini harus disampaikan kepada customer karena mereka bukanlah dukun sakti yang bisa baca bahasa kalbu. Kita perlu sedikit "narsis" untuk me-woro-woro-kan (baca: mengumumkan) kelebihan yang dimiliki agar menjadi magnet besar bagi orang lain untuk datang membeli. Banyak media yang bisa kita gunakan, mulai dari media massa, misalnya koran, radio, TV, yang bisa menjangkau banyak orang dan banyak tempat. Memang perlu agak dalam untuk merogoh kocek soalnya biayanya tebilang mahal. Alternatif kedua melalui media gerilya. Caranya dengan mendatangi satu per satu calon pembeli yang potensial ataupun langsung nembak instansi dan perusahaan sekaligus. Senjatanya cukup brosur dan kartu nama saja, relatif lebih ekonomis tapi efeknya lebih dahsyat karena bisa dideteksi. Alternatif terakhir dengan media virus. Media ini memanfaatkan orang-orang yang puas dengan usaha kita sehingga mereka dengan senang hati menceritakan kepada keluarga dan teman dekat. Lebih sip lagi kalau media ini diikat dengan membership. Cara ini paling efektif tapi butuh usaha keras dan komitmen untuk mencapainya.

   Rumuskan Kebutuhan Usaha Sejak Awal sebagai Variabel Modal

   Sebelum menyebutkan berapa modal yang diperlukan, kita harus merumuskan dulu kebutuhan di awal. Yang paling umum itu kebutuhan biaya untuk sewa tempat (kalau memang perlu), beli peralatan kerja dan biaa operasional selama satu bulan, seperti gaji karawan, biaya bahan baku, listrik, air, telepon, atau internet, dan sebagainya bergantung usahanya. Biaya operasional satu bulan harus dimasukkan sebagai pengeluaran modal awal karena berdasarkan pengalaman paling lama di satu bulan awal usaha masih belum stabil, masih mencari pelanggan, dan mencari format yang pas untuk pelayanan dan produksi. Efeknya, usaha kita belum bisa menghidupi dirinya sendiri sehingga perlu subsidi.

   Usaha yang benar itu bisa menghidupi dirinya sendiri. Cukup dengan sekali suntik dana di awal sebagai modal usaha, selanjutnya kudu bisa jalan sendiri. Dalam dunia usaha istilah yang dipakai adalah BEP (Break Event Point), artinya titik impas. Kondisi ini terjadi jika biaya operasional bulanan bisa ditutupi sama persis dengan pemasukan bulanan. Tidak pakai lebih, tidak pakai kurang. Pokoknya impas.

  Baru dapat dikatakan usaha yang keren bila modal yang disuntikkan ke usaha bisa kembali ke orang yang punya modal. Dunia usaha menyebutnya ROI (Return on Investmen), dihitung dari profit bersih yang didapat setiap bulannya kemudian dibagi dengan modal awal yang dikeluarkan terus ketemu deh berapa bulan yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal.


   Hitung-hitungan bisnis 

Contoh Usaha Desain Grafis
   Modal awal:
   Komputer                   Rp 4.000.000,00
   Kartu nama satu box  RP      25.000,00
   Flyer/brosur               Rp    125.000,00
                                      Rp 4.150.000,00

   Operasional satu bulan: 
   Listrik+telp+air         RP     300.000,00

   Pendapatan bulanan:
   10 desain x @ Rp 150.000,00 = Rp 1.500.000,00

   BEP (titik impas):
   2 desain x @ Rp 150.000,00 = Rp 300.000,00
   BEP bisa terjadi dalam waktu satu bulan.

   Profit Bulanan:
   Pendapatan bulanan - Biaya  operasional bulanan
   = Rp 1.500.000,00 - Rp 300.000,00
   = Rp 1.200.000,00

   ROI(balik modal):
   = (modal awal + biaya operasional satu bulan)/profit bulanan
   = (Rp 4.150.000,00 + Rp 300.000,00)/Rp 1.200.000,00
   = 3.7 bulan = 4 bulan (dibulatkan ke atas)

   Catatan: Untuk usaha desain grafis jika sudah punya komputer di rumah, maka tidak perlu lagi membeli (asyik, tambah irit, kan?!). Enaknya lagi kita tidak perlu gaji karyawan karena sejak awal kitalah  jadi seniman grafisnya. Keren, kan? Sambil berekspresi dibayar pula. Usaha ini termasuk yang minim resikonya karena menjual jasa sehingga tidak ada bahan.

Contoh Usaha Penyalur Kue Kering 
   Modal awal:
   Kartu nama 1 box                  = Rp   25.000,00
   Flyer/brosur                           = Rp 125.000,00
                                                     Rp 150.000,00

   Biaya operasional bulanan:
   Beli kue kering dari pembuatnya
   20 toples x @ Rp 15.000,00  = Rp 300.000,00
   Telp                                        = Rp   50.000,00 
                                                  = Rp 350.000,00

   Pendapatan bulanan:
   20 toples x @ Rp 35.000,00  = Rp 700.000,00

   BEP (titik impas):
   10 toples x @ Rp 35.000,00  = Rp 350.000,00

   Jadi, BEP terjadi jika terjual 10 toples yang bisa terjadi dalam waktu satu bulan.

   Profit bulanan:
   = Biaya operasional bulanan - pendapatan bulanan
   = Rp 700.000,00 - Rp 350.000,00
   = Rp 350.000,00

   ROI (balik modal):
   = (modal awal + biaya operasional satu bulan)/profit bulanan
   = (Rp 150.000,00 + Rp 350.000,00)/Rp 350.000,00
   = 1,43 bulan = 2 bulan (dibulatkan ke atas)

   Catatan: Jenis usaha ini termasuk minim modal. Bayangkan saja, cuma butuh Rp 500.000,00 saja sudah bisa punya usaha. Kabar gembiranya lagi, ada beberapa pembuat kue kering yang bersedia dibayar dibelakang. Arinya, kue yang kita ambil baru dibayar jika sudah ada yang beli. Wuih, tambah ngirit lagi kan duit yang dibutuhkan di awal? Percaya deh, di mana ada kemauan plus usaha, pasti menemukan jalan keluarnya.

-

   Mau Dibawa Terbang Kemana, Nih? Usaha Pengusaha-pengusaha gede selalu punya cita-cita gede tentang usahanya. Boleh saja kita mulai dengan yang sederhana, tapi harus ada keyakinan bahwa suatu saat usaha kita akan gede. Nah, mau se-gede apa, terus bentuknya kaya gimana, dan kapan waktunya kudu dirumuskan sejak awal. Tidak ada aturan yang membatasi cita-cita kita. Semuanya boleh, lha wong (baca: mumpung) gratis saja kok repot. Misalkan saja usaha mie ayam kita mau diperbanyak cabangnya di seluruh kota di Indonesia, itu sah-sah saja. Kita pasang targetnya lima tahun lagi. Wah, mantap! Itu baru namanya pengusaha muda. Harus Optimis, Kawan!

   Kedelapan poin yang sudah kita bahas di atas tadi kemudian dirumuskan ke dalam satubentuk yang namanya business plan. Business plan ini yang dijadikan "kitab kuning" panduan saat kita menjalankan usaha. Selain itu, bisa juga dipakai untuk presentasi ke calon investor sebagai bukti kalau kita benar-benar serius mau usaha.
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pengguna lain
Tautan disalin ke papan klip!