Cashflow, Jajan Apaan, Tuh?

Pernah lihat orang habis kecelakaan kemudian kehilangan banyak darah? Akibatnya, si korban lemes dan kalau tidak segera ditambah darah bisa-bisa nyawanya melayang alias meningal. Kebayang vitalnya peran darah dalam hidup manusia, kan? Karena fungsinya yang begitu banyak, mulai sebagai pengantar oksigen, zat makanan, hingga memompa jantng agar tetap eksis. Dalam dunia usaha yang punya peran vital layaknya darah itu namanya cashflow atau bahasa Indonesianya aliran uang. Inti dari cashflow adalah mengatur perputaran pengeluaran dan pemasukan setiap bulannya agar roda usaha tetap terus berjalan dengan menghasilkan keuntungan tentunya. Ada beberapa resep agar cashflow usaha tetap lancar.

   Pisahkan Uang Pribadi dan Uang Usaha

   Cobaan yang paling sering menggoda bagi pengusaha muda di awal-awal usahanya adalah sulit membedakan mana uang perusahaan dan mana uang pribadi. Ketika ditanya keuntungan usahanya berapa tahun malah garuk-garuk kepala nggak jelas. Tahunya cuma bisa beli "Blackberry" keluaran terbaru, laptop paling mutakhir, ganti motor, dan baju baru. Parahnya, pas mau kulakan (baca: beli dagangan baru) lagi atau mengembangkan usaha jadi bingung tujuh keliling karena sudah tidak punya uang. Solusi yag paling jitu adalah pertama-tama buat rekening bank terpisah antara uan usaha dan uang pribadi. yang kedua, tentukan gaji kita sebagai pengelola setiap bulannya, sedangkan hak kita sebagai pemilik usaha berupa keuntungan usaha didapat diakhir tahun.

   Catat Semua Trnasaksi yang Terjadi 

   Rumus dasar cashflow yang sehat adalah mencatat, minimal dua catatan yang harus ada. Pertama, catatan pemasukan usaha harian. Kedua, pengeluaran usaha harian (pokoknya yang berbau uang usaha yang keluar harus dicatat). Jangan lupa semua nota, baik itu pengembalian maupun penjualan usaha, disimpan sebagai arsip agar mudah ditelusuri jika ada kekeliruan dalam pencatatan. Kalau usaha kita sudah stabil, kita bisa rekrut karyawan khusus untuk tugas ini.

   Contoh Format Pencatatan 

-

    Buat Rencana Bulanan Pengeluaran dan Pemasukan Usaha

   Kalau balapan mobil membutuhkan pagar pembatas agar pembalapnya tidak keluar jalur dan bisa sampai di garis akhir. Nah, untuk menjaga agar cashflow tetap lancar tidak sampai keluar jalur, maka kita butuh pagar pembatas. Itu dia manfaatnya membuat rencana pengeluaran dan pemasukan usaha bulanan. Proyeksikan kira-kira dalam sebulan kebutuhan usaha kita apa saja dan jangan lupa proyeksikan terget pendapatan usaha agar semua tetap balance. Di akhir bulan buatlah evaluasinya. Caranya, tinggal bandingkan antara planning dan real di lapangannya bagaimana.

   Jaga Pos-pos Pengeluaran yang Tidak Perlu

   Seringkali yang terjadi di awal-awal usaha kita dapat untung gede berdasarkan pencatatan tapi uangnya tidak ada. Wah, bukan sulap bukan sihir. Ajaib, ya? Ini gawat, Kawan. Kalau dibiarkan terus bisa-bisa usaha kita megap-megap (baca: sekarat) dan ending-nya mati penasaran, deh. Ini bisa terjadi dikarenakan kita asyik membeli bahan baku atau peralatan yang belum dibutuhkan. Akibatnya, barang-barang tersebut menumpuk dan tanpa sadar kita sudah membuat uang mati suri alias cashflow-nya macet. Solusinya adalah pertimbangkan benar-benar ketika ingin membeli bahan baku. Utamakan yang paling banyak permintaannya. Yang paling bagus adalah tidak sempat menumpuk lebih dari dua hari. Kalau terkait dengan peralatan, tahan dulu membelinya jika dirasa jarang dipakai. Kalau memang butuh lebih baik di-outsource-kan saja.

   Mengatur Piutang

   Piutang berbeda dengan utang yang berarti kita punya tanggungan ke orang lain. Kalau piutang ini malah orang lain yang punya tanggungan kepada kita. Misalkan kita punya usaha fotokopi kemudian ada customer yang memasukan orderan fotokopi senilai total 10 juta rupiah. Karena gede, kita memberi fasilitas bisa dibayar mundur. Nah, ini namanya piutang. Yang minta fasilitas piutang ini biasanya perusahaan besar dan dalam sekali transaksi biasanya bernilai gede. Hanya saja sudah menjadi budaya mereka untuk dibayar mundur. Secara nilai transaksi memang menggiurkan. Tapi, yang perlu diwaspadai adalah waktu pengembaliannya karena tidak semua supplier bahan baku kita mau dibayar mundur. Bahkan ada yang minta langsung cash di depan. Kalau kita punya modal gede sih tidak masalah, bisa menalangi dulu. Tapi kalau kita cekak bin pas-pasan, maka sebaiknya dihindari dulu sistem piutang ini. Mending transaksi perorangan yang tidak terlalu gede tapi langsung cash bayarnya sehingga bisa dipakai kulakan (baca: belanja) bahan baku lagi. Kalau pun toh mau mengambil peluang ini (transaksi dengan sistem piutang), maka sebaiknya berikan jatuh tempo satu bulan dari sejak terima barang dan jangan lupa ada bukti tertulisnya.
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pengguna lain
Tautan disalin ke papan klip!