Sinyal "Saatnya Ekspansi"

   Ada caerita menarik ketika seorang pengusaha toko buku ditanya, "Saat ini Bapak kan sudah punya segalanya, seperti rumah mewah di beberapa tempat, mobil-mobil yang selalu mengkilap, dan semua kebutuhan hidup terpenuhi lebih dari cukup. Terus, mau ngejar apa lagi, Pak? Kok masih sibuk mengurusi buka cabang baru?". Sambil tersenyum sang pengusaha menjawab, "Saat ini saya punya puluhan bahkan ratusan karyawan yang semuanya bahkan keluarganya berharap suatu saat punya rumah bagus dan kendaraan layak. Itu semua bisa terjadi kalau mereka terus naik jabatan dan gajinya meningkat. Mau tidak mau harus ada toko-toko baru yang siap mengakomodir kenaikan jabatan mereka."


    Betul Kawan, begitu banyak alasan yang mengharuskan seorang pengusaha untuk terus bergerak maju. Pada awalnya yang hanya punya satu toko harus mulai berpikir bagaimana menambah cabang toko yang ke-2, ke-3, dan seterusnya. Bukan untuk kebutuhan kita pribadi saja, tapi juga untuk kepentingqan karyawan, bahkan lingkungan kita.


    Bentuk ekspansi usaha banyak macamnya. Ada ekspansi bentuk nambah cabang baru, bisa dalam kota yang sama atau buka di kota lain, bahkan di negara lain. Buka cabang baru bisa pakai duit sendiri hasil keuntungan usaha murni. Cara ini lebih simpel tidak pakai klausul-klausul segala karena yang punya orangnya sama, tapi kelemahannya hanya bisa buka satu per satu karena bergantung kondisi profit usaha. Bisa juga kerja sama dengan orang lain yang punya duit sebagai rekanan dengan memakai sistem franchise. Kita hanya jual merek dan sistem saja sedangkan yang mengelola orang yang membeli merek atau pakai sistem investor murni. Mereka hanya menyetor uang sedangkan yang mengelola adalah kita yang punya usaha. Kalau pakai sistem ini namabh cabangnya bisa cepat banget, dalam setahun mungkin bisa bertambah puluhan cabang baru. Yang harus diwaspadai kalau ingin memakai sistem kerja sama adalah klausul-klausul kerja samanya harus jelas di awal dan harus menguntungkan kedua belah pihak. Alternatif ekspansi yang lain bisa jadi jumlah tokonya tetap tapi jenis usahanya ditambah, misalnya usaha kita awalnya digital printing. Lama-kelamaan karena banyak orang minta dibuatkan desain poster, spanduk, kartu ucapan, dan sebagainya, apalagi mereka puas dengan hasilnya dan mau bayar lebih, terus kita buka divisi usaha khusus yang menangani desain grafis. Nah, ini termasuk ekspansi usaha juga. Ekspansi usaha memang "wajib" dilakukan, tapi jangan terburu-buru bila memang belum saatnya direm dulu. Untuk menentukan kapan ekspansi, ada sinyal-sinyalnya. Sinya ini akan berbunyi sebagai pertanda sudah waktunya kita bisa berekspansi.

1. Modal Usaha Sudah Kembali


    Ini dia sinyal yang paling aman untuk menandai saatnya kita ekspansi. Dengan kembalinya modal berarti usaha ini prospek banget untuk kita kelola dan kembangkan. Apalagi kalau modal usaha pakai duit orang lain, ktia harus menyelesaikan dulu kewajiban baro boleh ekspansi ke yang lain. Cara mengeceknya mudah. Lihat saja kitab kuning usaha kita (business plan), terus cocokin ROI yang sudah kita tetapkan dengan yang di lapangan.

2. Sudah Punya Sistem


    Pernah belanja di swalayan gede atau makan di resto siap saji yang punya cabang di seantero dunia??? (kalau belum pernah segera coba atau paling tidak cari teman yang sudah pernah terus minta diceritain). Bagi yang sudah pernah, coba deh, iseng-iseng kita nanya ke karyawannya kalau kita mau bertemu dengan yang punya toko. Jawabannya pasti sama, "Yang punya toko sedang tidak di tempat, Mas/Mbak. Ke tokonya bisa dihitung dengan jari dalam sebulan". Wah, kok bisa ya, orang yang punya usaha jalan-jalan tapi usahanya tetap jalan? Mau??? Satu rahasianya, mereka sudah punya sistem. Ini yang membedakan usaha konvensional yang harus musti ditunggu terus sama pemiliknya. Akibatnya, sang pemilik tidak ubahnya karyawan yang menunggu toko sampai tua (pernah nemuin toko seperti ini, kan?!). Beda dengan usaha yang tersistem. Semuanya sudah ada panduan dan standarisasinya. Bahasa kerennya SOP (Standart Operational Procedure). SOP inilah yang menggantikan peran sang pemilik usaha sebagai pengawas Semua karyawan secara otomatis melakukan tugasnya masing-masing sesuai SOP yang ada. Memang tidak mudah menyusun SOP, tapi bukan berarti tidak mungkin. Langkah awal menyusun SOP adalah selalu mencatat apa yang kita kerjakan dan selalu kerjakan apa yang kita catat. Nah, lama kelamaan jadi deh SOP usaha kita dan kita siap ekspansi.

3. Sudah Punya Crew yang Tangguh


    Bagi pecinta sepak bola, momen yang paling indah adalah saat gol terjadi. Yang menciptakan memang si striker. Tapi, coba deh, lihat prosesnya mulai dari sang kiper yang berhasil menepis tendangan musuh, kemudian pemain belakang yang berhasil ngeblok serangan lawan, terus pemain tengah yang mengatur mau dikasih kemana nih bola biar mudah dimasukkan, dan akhirnya sang striker yang tugasnya mengecoh kiper lawan sukses memasukkan bola ke gawang musuh. Guuuooooolllllll!!! Begitu juga dengan dunia usaha. Kita tidak mungkin berhasil mencetakkan gol-gol kesuksesan usaha (omset terus meningkat, customer terpuaskan, dan target yang ditetapkan tercapai semua) tanpa punya crew-crew tangguh yang kerja dengan hati (jujur), dengan pikiran (profesional), dan perasaan (loyal). Crew-crew tangguh ini tidak bisa didapat dengan bim salabim 'tiba-tiba ada', tapi didapat dengan proses yang panjang. Mulai dari cara merekrut yang kualifikasinya disesuaikan dengan budaya kerja yang mau dibentuk, kemudian dilatih sesuai kemampuan dan tugas kerja masing-masing. Jangan lupa, pompa motivasi kerja mereka dengan berbagai visi usaha. Libatkan mereka jika ada pengembangan usaha agar merasa ikut memiliki. Yang terakhir, berikanlah apresiasi yang pantas atas kinerja terbaik mereka (gaji, bonus, reward). Anggap dan perlakukanlah semua crew kita sebagai keluarga besar, maka niscaya mereka akan memperlakukan kita juga sama karena tanpa crew-crew yang tangguh kita tidak akan ke mana-mana.

4. Ada Peluang


Mas, saya ini belum mengembangkan usaha karena menunggu peluang.
Wah, kalo peluang ditunggu tidak akan datang, keburu jadi batu nanti. Tidak ada peluang yang datang dengan sendiri, Kawan, karena sejatinya peluang itu kita ciptakan dan kudu dijemput. Menariknya, peluang itu ada di mana saja dan kapan saja, bebas statusnya. Contoh paling ekstrem adalah ketika ada kejadian kerusuhan tahun 1998. Kejahatan dan penjarahan di mana-mana. Bagi semua orang ini adalah bencana. Tapi, bagi segelintir orang ini adalah peluang usaha. Dengan kreatifnya mereka menawarkan "celana dalam" anti pemerkosaan dan alarm pemadam kebakaran otomatis. Bisa ditebak produk mereka laris manis bak kacang goreng. Karena itu, Kawan, mulai sekarang buka mata, buka telinga, serap semua informasi positif, diskusi dengan usahawan senior, lebih peka dengan perubahan lingkungan, serta berpikirlah inovatif. Efeknya, peluang itu akan tercipta.



Huft, Selesai Bab 8 | Sinyal "Saatnya Ekspansi". Semoga kalian segera melaksanakan ilmunya, biar tidak berkarat di angan saja. Hi.. hi.. hi...
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pengguna lain
Tautan disalin ke papan klip!